Peluang dan Tantangan Pengembangan Pariwisata di Kawasan Cagar Budaya Keraton Kasunanan Surakarta

RR. Erna Sadiarti Budiningtyas, H. Muhammad Sirod

Sari


Abstrak

 Kawasan cagar budaya Keraton Kasunanan Surakarta yang disebut Baluwarti merupakan kawasan permukiman tradisional yang banyak dihuni oleh abdi dalem dan sentana dalem Keraton Kasunanan Surakarta. Menyadari potensi budaya yang dimiliki, masyarakat berupaya untuk mengembangkan pariwisata. Akan tetapi sudah satu dekade, usaha tersebut belum juga memberikan hasil nyata. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis peluang dan tantangan pengembangan pariwisata di kawasan permukiman yang berada dalam pengaruh penguasa lokal tradisional. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mendapatkan data mendalam melalui wawancara, pengamatan, dan dokumentasi. Pemilihan narasumber dilakukan dengan teknik snowball purposive. Analisis data dilakukan secara deskriptif analitis Miles dan Huberman. Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagai permukiman yang berada di kawasan cagar budaya Keraton Kasunanan, Baluwarti memiliki banyak potensi budaya. Namun norma-norma dan pandangan budaya yang melekat kuat dalam diri masyarakat Baluwarti terhadap tatanan budaya keraton, menyebabkan pariwisata sulit berkembang di Baluwarti. Masyarakat memerlukan keterbukaan pihak Keraton sebagai panutan untuk bersama-sama membangun pariwisata Baluwarti agar Keraton dan masyarakat mendapatkan manfaat pariwisata.

 Kata kunci: Baluwarti, Kawasan Cagar Budaya, Keraton Kasunanan Surakarta, Pengembangan Pariwisata, Penguasa Lokal Tradisional.

 

Opportunities and Challenges of Tourism Development in the Cultural Heritage Area of the Kasunanan Surakarta Palace

Abstract

The cultural heritage area of the Kasunanan Surakarta Palace which is called Baluwarti is a traditional settlement area which is mostly inhabited by abdi dalem and sentana dalem Kasunanan Surakarta Palace. Realizing the cultural potential they have, the community strive to develop tourism. However, for a decade, these efforts have not yielded tangible results. This research was conducted with the aim of analyzing the opportunities and challenges of tourism development in residential areas that are under the influence of traditional local authorities. A qualitative approach is used to obtain in-depth data through interviews, observations, and documentation. The selection of sources was carried out using the snowball purposive technique. Data analysis was performed using descriptive analytical methods by Miles and Huberman. This research shows that as a settlement located in the cultural heritage area of the Kasunanan Palace, Baluwarti has a lot of cultural potential. However, cultural norms and views that are strongly inherent in the Baluwarti community against the palace's cultural order, make it difficult for tourism to develop in Baluwarti. The community needs the openness of the Keraton as a role model to jointly build Baluwarti tourism so that the Palace and the community can benefit from tourism.

Keyword:  Baluwarti, Kasunanan Surakarta Palace, Preserve Area, Tourism Development, Traditional Local Rulers.


Kata Kunci


Baluwarti, Kawasan Cagar Budaya, Keraton Kasunanan Surakarta, Pengembangan Pariwisata, Penguasa Lokal Tradisional.

Teks Lengkap:

PDF

Referensi


Artha, A. T., dan Ahimsa-Putra, H. S. (ed). (2004). Jejak Masa Lalu: Sejuta Warisan Budaya. Yogyakarta: Kunci Ilmu

Bozetka, B. (2013). “Wolin Island, Tourism and Conception of Identity”. Journal of Marine and Island Cultures. 2, 1-12.

Budiningtyas, E. S. (2018). Pariwisata dan Pelestarian Warisan Budaya Berbasis Kearifan Lokal di Kota Surakarta. Disertasi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Damanik, J. (2013). Pariwisata Indonesia: Antara Peluang dan Tantangan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Geertz, C. (2009). “Cultural Tourism: Tradition, Identity and Heritage Construction”, dalam Wiendu Nuryanti (ed), The Role of Heritage Tourism in Community Planning and Development. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 26-34.

Hayward, P. & Kuwahara, S. (2013). “Divergent Trajectories: Environment, Heritage and Tourism in Tanegashima, Mageshima and Yakushima”. Journal of Marine and Island Cultures, 2, 29-38.

Isbandiyah, K. (2008). Kebijakan Karaton Surakarta Hadiningrat dalam Pengelolaan Tanah dan Bangunan setelah Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 1988 tentang Status dan Pengelolaan Keraton Kasunanan Surakarta di Kelurahan Baluwarti Kota Surakarta. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.

Jamieson, W. (2014). Cultural Heritage Tourism Planning and Development: Defining the Field and Its Challenges. APT Bulletin, Vol. 29, No. 3/4, 65-67.

Palmer, N. & Long, P. (2018). The Peculiar Attraction of Royalty for Tourism and the Social Construction of ‘Royal Tourism’. Researchgate, June.

Picard, M. (2009). “Cultural Tourism in Bali”, dalam W. Nuryanti (ed), The Role of Heritage Tourism in Community Planning and Development. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 176-190.

Putra, A. M. (2008). “Identitas dan Komodifikasi Budaya dalam Pariwisata Budaya Bali”. Jurnal Analisis Pariwisata Vol. 8 (2). Fakultas Pariwisata Universitas Udayana, 7-16.

Saputra. (2018). Kelurahan Baluwarti Solo Tawarkan Wisata Kuno di Dalam Benteng Keraton Kasunanan Surakarta. Tribun.com. Desember: https://solo.tribunnews.com/2018/12/08/kelurahan-baluwarti-solo-tawarkan-wisata-kuno-di-dalam-benteng-keraton-kasunanan-surakarta

Setiawan, I. K. (2012). Pusaka Budaya Pura Tirta Empuldan Pengembangan Pariwisata. PUSTAKA, Vo. XII, No. 1 (Februari), 98-106.

Setyaningsih, W. (2016). “Transformasi Arsitektural dari Kampung Kota menjadi Kampung Wisata: Studi Kasus Kampung Wisata di Surakarta”. Disertasi. Yogyakarta: Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.

Smith, L dan Akagawa, N. (2009). Intangible Heritage. New York: Routledge.

Surbakti, A. (2008). “Komodifikasi Budaya Populer dalam Pariwisata”. Jurnal Anilisis Pariwisata Vol. 8 (2) ISSN 1410-3729. Fakultas Pariwisata Universitas Udayana, 17-24.

Timothy, D. J. & Boyd, S. W. (2008). Heritage Tourism in 21st Century: Valued Traditions and New Perspectives. Journal of Heritage Tourism, Vol 1. No. 1, 1-17.

Vecco, M. (2010). A Definition of Cultural Heritage: From the fangible to the intangible. Journal of Cultural Heritage, 11, 321-324.

Wiweka, K. (2014). Analisis Konsep Tri Hita Karana pada Daya Tarik Warisan Budaya: Studi Kasusu Puri Agung Karangasem, Bali. JUMPA, Vol. 1. No. 1 (Juli), 139-160.

Whyte, B., Hood, T., dan White, BP (ed). (2012). Cultural and Heritage Tourism a Handbook for Community Champions. Canada: Federal Provincial Territorial Ministers of Culture and Heritage.

Pemerintah Indonesia. 2009. Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang Pariwisata.

Pemerintah Indonesia. 2010. Undang-undang No 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.




DOI: https://doi.org/10.31294/khi.v12i1.9978