Pengembangan Songket Mata Manuk Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di Flores Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur
Sari
Kain tenun Songke dengan motif Mata Manuk merupakan simbol identitas budaya masyarakat Manggarai yang memiliki nilai filosofi, religius, dan estetika tinggi. Namun, globalisasi dan modernisasi mengancam kelestarian budaya ini jika tidak ada upaya pelestarian dan pengembangan yang terarah. Sehingga strategi kolaboratif antara pemerintah, masyarakat, dan pelaku wisata sangat dibutuhkan untuk mengoptimalkan potensi kain Songket Mata Manuk dalam mendukung pariwisata berkelanjutan di Manggarai Barat. Penelitian ini menggunakan desain kualitatif dengan pendekatan studi kasus, yang bertujuan untuk menggali secara mendalam potensi dan strategi pengembangan songket Mata Manuk sebagai daya tarik wisata budaya di Manggarai Barat, Flores. Penelitian dilakukan di Manggarai Barat, Flores. Observasi dilakukan pada penggiat tenun dirumah tenun baku peduli dan juga penggiat tenun rumahan, serta dinas pariwisata kabupaten manggarai barat, wawancara dilakukan dengan ketua adat, penggiat tenun, pemerintah dan wisatawan yang memiliki pengalaman berinteraksi dengan songket Mata Manuk sebagai bagian dari pengalaman budaya. Kesimpulan dari penelitian ini dalam pengembangan songket Mata Manuk pengembangan potensi yang timbul tidak dapat berjalan sendiri. Dibutuhkan strategi yang menyentuh akar rumput: pemberdayaan penenun, penyusunan narasi budaya yang kuat, pengemasan pengalaman wisata yang menyentuh, serta kolaborasi lintas sektor. Terlebih, penting juga menanamkan rasa bangga dan rasa memiliki kepada generasi muda agar tradisi ini terus hidup, berkembang, dan tidak tergerus oleh waktu. Dalam konteks pariwisata budaya bukan hanya sekadar upaya untuk memperkenalkan produk lokal ke pasar global, tetapi juga merupakan bagian dari upaya pelestarian budaya yang mendalam. Dengan menjaga dan mengembangkan nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya, songket Mata Manuk dapat menjadi simbol yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan, sekaligus memperkuat identitas budaya Manggarai Barat di mata dunia.
Kata Kunci
Teks Lengkap:
PDFReferensi
Afiyah, S. (2024). Strategi Perancangan Aset Konten Untuk Meningkatkan Daya Tarik Agrowisata. SABAJAYA Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(03), 156–161.
BPS. (2022). Jumlah Daya Tarik Wisata Propinsi Nusa Tenggara Timur.
Cahyani, T. (2019). 30 DESTINASI WISATA DI NUSA TENGGARA TIMUR. Penerbit Duta.
Fitri, M., & Susanto, H. (2021). Nilai Sosial Religi Tradisi Manopeng Pada Masyarakat Banyiur. Kalpataru: Jurnal Sejarah Dan Pembelajaran Sejarah, 7(2), 161–169.
Giantari, K. I. G. A., & Barreto, M. (2019). Strategi Pengembangan Objek Wisata Air Panas di Desa Marobo, Kabupaten Babonaro, Timor Leste. E-Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana, 11, 783. Retrieved from https://media.neliti.com/media/publications/44781-ID-strategi-pengembangan-objek-wisata-air-panas-di-desa-marobo-kabupaten-bobonaro-t.pdf
Imur, N., & Junaeda, S. (2022). Pengembangan Etno-Ecotourism pada Taman Nasional Komodo Kabupaten Manggarai Barat. Jurnal Kajian Sosial Dan Budaya, 6(2), 58–67.
Kominfo. (2023). Mengenal Asal dan Makna Kain Tenun Mata Manuk untuk Kepala Negara ASEAN. Asean2023.Id.
Limbong, N. A., Deni, D., & Fidyati, F. (2023). Potensi Taman Wisata Iman Sitinjo Bagi Masyarakat Lokal: Area Taman Islam. Jurnal Sosial Teknologi, 3(7), 575–592.
Normalasari, Johannes, & Yacob Syahmardi. (2023). Minat Kunjungan Kembali Wisatawan Daya Tarik Wisata Yang Dimediasi Oleh Electronic Word Of Mouth. Jurnal Manajemen Terapan Dan Keuangan (Mankeu), 12(01), 156–169.
Paturusi, S. (2001). Perencanaan Tata Ruang Kawasan Pariwisata (Kajian Pariwisata Program Pascasarjana). Denpasar: Universitas Udayana.
Pendit, 2002 dalam susiyati. (2018). Strategi Pengembangan Pariwisata Budaya Studi Kasus: Kawasan Pecinan Lasem, Kampung Lawas Maspati, Desa Selumbung. Jurnal Kajian Ruang, 1(2), 89–109. Retrieved from http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/kr
Rahmatin, L. (2023). Analisis Potensi Budaya Lokal sebagai Atraksi Wisata Dusun Segunung. Jurnal Kajian Dan Terapan Pariwisata, 3(2), 30–40.
Republik Indonesia. (2009). UU no 10 tahun 2009 Kepariwisataan. In Undang Undang ,UU no 10 (Vol. 2, Issue 5, p. 255).
Suratmi, N. (2022). Multikultural: Karya Pelestarian Kearifan Lokal Kesenian Barongsai-Lion. Media Nusa Creative (MNC Publishing).
Sutiarso, M. A. (2017). Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan melaui Ekowisata. Bali: Lembaga Pengembangan Pariwisata Dan Budaya.
Suwarti, S., & Yuliamir, H. (2017). Pengembangan Daya Tarik Wisata Desa Wisata Kampung Keji Sebagai Atraksi Wisata Guna Meningkatkan Jumlah Kunjungan Wisatawan di Kabupaten Semarang. Gemawisata: Jurnal Ilmiah Pariwisata, 4 (2) 307, 314.
Tandilino, S. B., & Alang, J. K. (2021). STRATEGI MODEL PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA NASIONAL (DPN) KOTA KUPANG NUSA TENGGARA TIMUR DALAM MENDUKUNG PROGRAM MP3EI KORIDOR V. TOURISM: Jurnal Travel, Hospitality, Culture, Destination, and MICE, 4(2), 94–106.
Wardani, D. M. (2024). Filosofi Songke Mata Manuk Sebagai Identitas Budaya Masyarakat Manggarai Barat. Khasanah Ilmu : Jurnal Pariwisata Dan Budaya, 15(1), 79–87. doi: 10.31294/khi.v15i1.21677
Widaningsih, T. T., Nugraheni, Y., Prananingrum, E. N., & Rahayunianto, A. (2020). Pengaruh terpaan media dan daya tarik destinasi wisata terhadap minat berwisata. Jurnal Komunikatif, 9(2), 174–190.
DOI: https://doi.org/10.31294/khi.v16i1.25713