Analisis Stakeholders Dalam Pengembangan Ekowisata di Hutan Adat Ammatoa Kajang Sulawesi Selatan
Sari
Hutan Adat Ammatoa Kajang memiliki banyak sumber daya alam dan budaya. Sehingga terdapat potensi yang bisa dikembangkan menjadi destinasi yang berkonsep ekowisata. Namun kondisi saat ini, manajemen pengolaan Hutan Adat Ammatoa Kajang masih belum terkelola dengan baik sebagaimana pengolaan khusus ekowisata. Analisis stakeholder dilakukan untuk memetakan para pihak yang memiliki tingkat pengaruh dan kepentingan dalam pengelolaan dan rencana pengembangan ekowisata hutan adat. Selain itu analisis sosial berupa penilaian persepsi, motivasi, dan preferensi para pihak juga dilakukan untuk mengetahui ketersediaan/ kondisi infrastruktur dan fasilitas yang ada, memetakan alasan (dorongan kehendak) masyarakat adat dan para pihak, dan mengidentifikasi prioritas pengembangan yang sesuai untuk pengembangan ekowisata di Hutan Adat Ammatoa Kajang. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner tertutup dengan metode one score one indicator (skala 1-7). Teknik pengambilan sampel pada analisis stakeholder dan data sosial (pemerintah, pemangku adat, dan masyarakat lokal) yaitu purposive sampling sedangkan data sosial berupa pengunjung/ wisatawan menggunakan teknik random sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat dua klasifikasi stakeholder yaitu key player (Dinas Pariwisata Bulukumba, Dinas LHK Bulukumba, Bappeda Bulukumba, Kecamatan Kajang, Desa Tanah Towa, dan Ammatoa) dan Context setter (Disdikbud Bulukumba dan LSM Aman). Persepsi para pihak terhadap ketersediaan dan kondisi infrastruktur/ fasilitas di kawasan adat dinilai sedang (4.59) sehingga perlu ada pembenahan. Motivasi dan preferensi para pihak masing-masing menilai agak tinggi (5.04 dan 5.32) untuk pengembangan ekowisata di kawasan adat Ammatoa Kajang.
Teks Lengkap:
PDFReferensi
Avenzora, R. (2008). Ekoturisme: Teori dan Praktek. Nias: BRR NAD.
Bahar. (2006). Berdayakan Masyarakat Hukum Adat untuk Perlindungan Lingkungan. Komnas HAM.
Bangun, W. (2011). Intisari Manajemen. Bandung: PT Refika Aditama.
Bornemeier, J., Victor, M., & Durst, P. B. (1997). Ectourism for Forest Conservation and Community Development. Ching Mai, Thailand: RAP Publication.
Ceballos-Lascuráin, H. (1996). Tourism, ecotourism, and protected areas : the state of nature-based tourism around the world and guidelines for its development. Switzerland: IUCN-World Conservation. https://doi.org/https://doi.org/10.2305/IUCN.CH.1996.7.en
Cooper, C., Fletcher, J., Gilbert, D., & Wanhill, S. (1998). Tourism: Principles and Practice. (R. Shepherd, Ed.) (second edi). New York: Longman Publishing.
Damanik, J., & Weber, H. F. (2006). Perencanaan Ekowisata Dari Teori ke Aplikasi. Yogyakarta: Andi Offset.
Hamalik, O. (2004). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hermawan, H., & Ghani, Y. A. (2018, May 4). Geowisata: Solusi Pemanfaatan Kekayaan Geologi yang Berwawasan Lingkungan. https://doi.org/10.31227/osf.io/a5xd6
Lewis, D., Bell, S. D., Fay, J., Bothi, K. L., Gatere, L., Kabila, M., Mukamba, M., Matokwani, E., Mushimbalume, M., Moraru, C., Lehmann, J., Lassoie, J., Wolfe, D., Lee, D., Buck, L., Travis, A. J. (2011). Community Markets for Conservation (COMACO) links biodiversity conservation with sustainable improvements in livelihoods and food production. Proceedings of the National Academy of Sciences, 108(34), 13957–13962. https://doi.org/10.1073/pnas.1011538108.
Reed, M. S., Graves, A., Dandy, N., Posthumus, H., Hubacek, K., Morris, J., … Stringer, L. C. (2009). Who’s in and why? A typology of stakeholder analysis methods for natural resource management. Journal of Environmental Management, 90(5), 1933–1949. https://doi.org/10.1016/j.jenvman.2009.01.001
Robbins, S. (2013). Organizational Behavior. Zhurnal Eksperimental’noi i Teoreticheskoi Fiziki. https://doi.org/10.12737/4477
Sugono, D. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi keem). Jakarta: Gramedia.
Tisdell, C., & Wilson, C. (2012). Nature-based Tourism and Conservation: New Economic Insights and Case Studies. USA: Edward Elgar Publishing.
Wahyudi. (2013). Buku Pegangan Hasil Hutan Bukan Kayu. Yogyakarta: Pohon Cahaya.
WGII. (2016). Jalan Panjang Masyarakat untuk Konservasi dan Ruang Hidup. 15 Cerita Konservasi Masyarakat Adat di Indonesia (ICCAs).
Widhiastuti, R. (2008). Keanekaragaman dan Konservasi Vegetasi Hutan Gunung Sinabung untuk Pembangunan Berkelanjutan. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Widowati, D. A., Luthfi, A. N., & Guntur, I. G. N. (2014). Pengakuan dan Perlindungan Hak atas Tanah Masyarakat Hukum Adat di Kawasan Hutan.
DOI: https://doi.org/10.31294/par.v5i2.3811