KEIGO DAN MUDHA KRAMA : RAGAM HORMAT PADA MASYARAKAT JEPANG DAN JAWA
Sari
ABSTRAK
Penelitian ini adalah penelitian kualitiatif mengenai perbandingan budaya. Dalam hal ini, bentuk budaya yang dibandingkan adalah ragam bahasa hormat dalam Bahasa Jawa dan Jepang. Penelitian bertujuan untuk membandingkan dan mengetahui peranan ragam hormat dalam generasi muda di Jawa dan Jepang. Dari hasil penelitian diketahui bahwa ragam hormat dalam bahasa Jawa dan Jepang terdiri dari beberapa tingkatan bahasa. Tingkatan ragam hormat dalam bahasa Jepang adalah Sonkeigo, Kenjoogo dan Teineigo sedangkan dalam tingkatan ragam hormat dalam bahasa Jawa adalah Mudha Krama yang terbentuk dari Krama Inggil, Krama Andhap dan Krama. Dalam bahasa Jepang ragam hormat direalisasikan menggunakan leksem serta bentuk sintaktis, sedangkan dalam bahasa Jawa direalisasikan dengan leksem dan afiks. Pada perkembangannya bahasa Jawa semakin jarang digunakan di masyarakat Jawa karena fungsi basa krama telah digantikan oleh bahasa nasional, yaitu bahasa Indonesia, sehingga tidak ada kepentingan bagi generasi muda untuk menguasainya. Hal ini berbeda dengan keigo, yang hingga saat ini masih aktif digunakan dan dipelajari generasi muda Jepang yang ingin sukses dalam berkarir dan berkehidupan sosial.
Kata kunci : keigo, mudha krama, ragam hormat, perbandingan
ABSTRACT
This research is qualitative research about cultural comparison. The cultures being compared are Javanese and Japanese language honorific forms. The aims of this research are to compare and examine the roles of honorific form in the Javanese and Japanese young generations. The result shows that honorific forms in Javanese and Japanese consist of language levels. Sonkeigo, Kenjoogo, Teineigo are the variety of honorific forms (Keigo) in Japanese, while in Javanese the variety of honorific forms is indicated by Mudha Krama which has 3 variants, Krama Inggil, krama Andhap, and krama. In Japanese, the honorific style is realized using lexemes and syntactic forms, while in Javanese it is defined by lexemes and affixes. In its development, the Javanese language is become rarely used in Javanese society because the basic manner function has been replaced by the national language (Bahasa Indonesia. So there is no urgency for the young generation to master it. This is different from Keigo, which is actively used and studied by the recent Japanese generation who want to be successful in their careers and social life.
Keywords: keigo, mudha krama, honorific form, comparation
Kata Kunci
Teks Lengkap:
PDFReferensi
Akagi, Nobuaki, Mio Bryce, and Hiroshi Suzuki. 2020. “Maji Ssu Ka? Isn’t That Honorific? Ambiguity of New Japanese Honorific Ssu.” Pragmatics and Society 11(4):505–23.
Holmes, Janet. 1992. An Introduction to Sociolinguistics. England: Pearson Education
IMAF. 1998. Minna no Nihongo Shokyu 1 Indonesian Version. Tokyo: 3A Corporation
Imtihani, Najih. 2000. Penggunaan Bahasa Hormat (Keigo) Dalam Bahasa Jepang. Laporan Penelitian: UGM
Japanese Language Research Group. 1992. Keterangan Tata Bahasa: Dasar-Dasar Bahasa Jepang. UGM: Tidak Diterbitkan
Kuntari, Umi. 2017. Unggah-Ungguh Bahasa Jawa. Tata Cara & Etika Penggunaan Bahasa Jawa. Yogyakarta: Pustaka Widyatama
Poedjosoedarmo, Supomo. 1968. ‘Javanese Speech Level’ dalam Indonesia Vol. 6. hal. 54-81
--------------------------------. 1979. Tingkat Tutur Bahasa Jawa. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Setiyanto, Aryo Bimo. 2007. Parama Sastra Bahasa Jawa. Yogyakarta: Panji Pustaka
Sudjianto dan Dahidi. 2004. Pengantar Linguistik Jepang. Oriental: Jakarta
Suherman, Eman. 1992. Pemakaian Tingkat Tutur Bahasa Jepang Pada Masyarakat Jepang. Laporan Penelitian: UGM
----------------------------. 2005. Tingkat Tutur Bahasa Jepang dan Bahasa Jawa (Analisis Kontrastif). Tesis: UGM
Waljinah, Sri. 2012. Kajian Sosiodialektologi Bahasa Jawa Di Lereng Gunung Merapi. Yogyakarta: Penerbit Qinant
DOI: https://doi.org/10.31294/par.v8i2.11504