Manajemen Pembelajaran Siswa Inklusi Di SDIT Wirausaha Indonesia

Ais Zakiyudin

Abstract


Masih sedikitnya jumlah sekolah yang menerima Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) membuat banyak ABK atau anak inklusi mengalami putus sekolah. Salah satu contohnya di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, di daerah yang ditunjuk sebagai kabupaten inklusif ini terdapat 1.194 anak yang masuk dalam kategori ABK, namun yang dapat tertampung hanya 439 anak. "Banyak sekolah yang tidak mau menerima ABK, karena takut prestasi sekolah menurun. 

Padahal sebenarnya ABK tidak akan mempengaruhi prestasi sekolah, karena mereka tidak diwajibkan untuk mengikuti Ujian Nasional," jelas Ignatius Dharta, Inclusive Education Specialist Plan International Indonesia, dalam Seminar Nasional "Pendidikan Inklusif di Indonesia" di Hotel Sahid Jaya, Selasa (28/1)


Full Text:

PDF


DOI: https://doi.org/10.31294/jc.v18i2.4348

ISSN: 2579-3314

Dipublikasikan oleh LPPM Universitas Bina Sarana Informatika

Jl. Kramat Raya No.98, Kwitang, Kec. Senen, Kota Jakarta Pusat, DKI Jakarta 10450
Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License