Pemberdayaan Keluarga Pasien Stroke Afasia Melalui Pelatihan Komunikasi Verbal

Amila Amila, Evarina Sembiring, Janno Sinaga

Sari


Terbatasnya terapi wicara di rumah sakit, penanganan stroke lebih kearah penyebab stroke/medis, sedang gejala sisa belum mendapat penanganan sampai pasien pulang. Gangguan tersebut menyebabkan pasien tidak mampu mengungkapkan apa yang diinginkan pasien, tidak mampu menjawab pertanyaan atau berpartisipasi dalam percakapan. Selanjutnya pasien akan menarik diri dari kegiatan sosial, rendah diri, depresi dan kondisi pasien akan semakin buruk. Penanganan terpadu dengan anggota keluarga merupakan faktor yang cukup penting dan kunci keberhasilan dalam proses penanganan gangguan komunikasi verbal. Untuk mencegah terjadinya depresi pada pasien dan keluarga maka diperlukan media komunikasi pengganti komunikasi verbal, seperti buku komunikasi. Tujuan pelatihan adalah mengatasi permasalahan gangguan komunikasi verbal pasien stroke setelah  pulang ke rumah. Metode yang digunakan dalam pelatihan ini adalah  latihan komunikasi seperti menyebutkan gambar, menunjuk, menulis dan membaca melalui booklet komunikasi. Hasil yang dicapai dalam pelatihan adalah meningkatkan kemampuan bahasa dan berkomunikasi, interaksi antara pasien dengan keluarga, meningkatkan kemandirian dan perkembangan hubungan sosial dengan orang lain. Disarankan untuk dikembangkan kemitraan yang luas berupa pelatihan komunikasi verbal dan sosialisasi booklet komunikasi untuk meningkatkan interaksi sosial dan mengurangi depresi pasien dan keluarga. 

Kata Kunci :  Gangguan komunikasi verbal, Pemberdayaan keluarga, Stroke afasia


Teks Lengkap:

PDF

Referensi


Amila, Sitorus, R., & Herawati, T. (2015). Pengaruh Pemberian Augmentative and Alternative Communication ( AAC ) Terhadap Kemampuan Funfsional. 18(2), 95–101.

Berman., Snyder., Kozier., & Erb. (2008). Fundamentals of Nursing : Concepts, Process and Practice (8th ed.). New Jersey : Pearson International Edition.

Clarkson, K. (2010). Aphasia after stroke enabling communication through speech and language therapy. British Journal of Neuroscience Nursing, 6(5), 227–231. Jun – Jul 2010

Finke, E.H., Light, J., & Kitko, L. (2008). A systematic review of the effectiveness of nurse communication with patients with complex communication needs with a focus on the use of augmentative and alternative communication. Journal of Clinical Nursing. 2008 Aug; 17 (16) : 2102 - 2115.

Kusumoputro, S. (1992). Afasia : Gangguan berbahasa. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Ministry of Health Indonesia. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2018 [Indonesia Health Profile 2018]. 207. Retrieved from http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/Data-dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-2018.pdf

Nabyl, R.A. (2012). Deteksi Dini dan Gejala Pengobatan Stroke : Solusi Hidup Sehat Bebas Stroke. Edisi Cetakan 1. Yogyakarta : PT Aulia.

Salter, K., Jutai, J., Foley, N., Hellings, C., & Teasell, R. (2006). Identification of aphasia poststroke : A review screening assesment tools. Brain injury, 20(6) : 559- 568. June 2006.

Sit, J.W.,Wong, T.K.S., Clinton.,Li,L.S.W., & Fong, Y.M. (2004). Stroke care in the home : The impact of social support on the general health of family caregivers. Journal of Clinical Nursing, 13: 816-824.

Thomas, S. A., & Lincoln, N. B. (2008). Predictors of emotional distress after stroke. Stroke, 39(4), 1240–1245. https://doi.org/10.1161/STROKEAHA.107.498279

Wikipedia. (2018).Augmentative and alternative communication therapy. http://en.wikipedia.org/wiki/Augmentative_and_alternative_communication.




DOI: https://doi.org/10.31294/jabdimas.v2i2.6120

DOI (PDF): https://doi.org/10.31294/jabdimas.v2i2.6120.g3464

 dipublikasikan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Bina Sarana Informatika dengan dukungan Relawan Jurnal Indonesia

Jl. Kramat Raya No.98, Kwitang, Kec. Senen, Kota Jakarta Pusat, DKI Jakarta 10450
Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License